Hi, sobat kreasi...
Dalam artikel kali ini aku mau bahas tentang pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak sejak dini. Kenapa aku pengen bahas tentang tema ini?Jadi beberapa pekan belakangan ini aku sedang tertarik dengan fenomena permasalahan yang terjadi pada anak muda utamanya di Indonesia, dan aku coba baca beberapa hasil riset yang membahas tentang hal ini. Ternyata di antara sekian sebab, salah satu yang menjadi penyebab utama dari permasalahan yang dihadapi anak-anak kita yaitu kegagalan hadirnya peran ayah dalam membersamai tumbuh kembang anak.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa angka fatherless di Indonesia cukup tinggi. Rendahnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya ekonomi, sosial, dan budaya.
Minimnya kehadiran ayah dalam proses tumbuh kembang anak baik secara fisik maupun psikologis ternyata dapat memberikan dampak kurang baik dalam jangka panjang. Bagaimana pembahasannya? yuk ikuti ulasannya berikut ini...
Tantangan Besar bagi Seorang Ayah
DALAM berbagai peran dan tanggung jawab yang dimiliki oleh individu, menjadi ayah adalah salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh banyak pria di seluruh dunia. Menjadi seorang ayah ternyata tidak semata-mata melibatkan aspek biologis, namun juga peran yang lebih luas, yakni membentuk perkembangan dan kesejahteraan keluarga.
pengasuhan lebih dominan dilakukan oleh sosok ibu.
Peran penting seorang ayah dalam kehidupan keluarga membutuhkan dedikasi, cinta, dan keterlibatan aktif. Ayah adalah pilar terpenting dalam struktur keluarga, yang tidak hanya bertanggung jawab secara finansial, tetapi juga berperan sebagai pembimbing, pelindung, dan pengasuh.
Selama ini, peran Ayah sering kali dilihat sebagai 'pencari nafkah' yang memiliki sedikit saja keterlibatan dalam pengasuhan anak. Bahkan sebuah studi menyatakan bahwa di Indonesia, keterlibatan ayah masih tergolong sangat rendah dalam proses pengasuhan anak karena 'sibuk bekerja'.
Paradigma Budaya yang Salah tentang Peran Laki-Laki dalam KeluargaParadigma mengenai peran ayah dipengaruhi oleh stereotip budaya yang menyatakan bahwa laki-laki tidak seharusnya terlibat dalam pengasuhan anak karena terjebak dengan sistem patriarki yang menyebabkan peran ayah seringkali tidak terlibat secara signifikan dalam urusan pengasuhan anak.
Masalah ini semakin menjadi tantangan dalam masyarakat modern saat ini karena kesibukan dan tekanan hidup yang semakin meningkat. Orang tua sering berjuang untuk mempertahankan kualitas hidup mereka, baik dalam hal finansial maupun sosial, sehingga waktu bersama keluarga, terutama waktu untuk anak-anak, menjadi sangat terbatas. Kualitas hubungan laki-laki dengan perempuan sebagai pasangannya, dan tingginya angka perceraian juga berdampak pada peningkatan kasus fatherless.
Anak-anak yang mengalami fatherless cenderung menghadapi rendahnya harga diri, perasaan marah, rasa malu karena berbeda dari yang lain, serta kesulitan dalam mengalami interaksi dengan ayah. Dampak ini juga meliputi perasaan kesepian, kecemburuan, dan berbagai emosi negatif lainnya, yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis anak.
Selain itu, ketidakadaan figur ayah dalam kehidupan seorang anak dapat memberi dampak pada pencapaian dan prestasi pendidikan. Hal ini disebabkan oleh kekurangan perhatian dan peran aktif seorang ayah terhadap perkembangan anak.
Meski demikian, persepsi tentang peran ayah telah berubah seiring waktu. Dalam beberapa dekade terakhir, khususnya pasca pandemi covid-19, persepsi tentang peran ayah telah berubah secara signifikan. Selain itu, seruan untuk keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak sudah banyak disuarakan oleh media dan komunitas publik. Ayah kini semakin dianggap sebagai bagian integral dari pengasuhan anak, bukan hanya sebagai penyedia finansial.
Masyarakat semakin menyadari pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan dan perkembangan anak. Ayah juga terlibat dan bertanggung jawab dalam peran di rumah tangga.
Sama seperti perempuan, saat ini seorang laki-laki juga dibutuhkan untuk mampu menyeimbangkan antara kehidupan pekerjaan dan kehidupan rumah tangga. Jika seorang ayah mampu untuk menyeimbangkan pada kesehatan, kebahagiaan dan kesuksesan hidup individu. Namun jika tidak, maka akan muncul konflik dalam keluarga.
Di dalam proses menyeimbangkan antara kehidupan pekerjaan dan kehidupan rumah tangga, para ayah juga harus berjuang untuk menjaga kesehatan mental mereka. Bayangkan ketika seorang ayah merasa kalut, memiliki masalah di tempat kerja, mengalami kelelahan (burnout), atau juga perasaan bersalah karena belum bisa memenuhi kebutuhan keluarganya meski ia sudah dan melewatkan tumbuh kembang anak-anak mereka, tentunya hal ini akan mengakibatkan stress berkepanjangan. Maka dari itu dibutuhkan manajemen emosi dan mindful parenting dalam pengasuhan anak.
Mindful parenting merupakan cara orangtua membantu anak mereka dalam pengasuhan yang mementingkan pada proses mengasuh dengan penuh kesadaran fokus pada situasi saat ini dan tidak menghakimi anak. Mindful parenting dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu mindful disiplin yang berfokus pada pengasuh artinya bahwa ayah dan ibu sebagai pengasuh tidak boleh reaktif, memiliki kesadaran dalam pengasuhan dan fokus perhatian tertuju pada tujuan pengasuhan anak.
Misalnya ketika ayah merasa lelah saat pulang kerja kemudian melihat anaknya merajuk, menangis meminta untuk dibelikan mainan maka ayah harus mengambil jeda sejenak, mengambil nafas dan tidak memperlihatkan respon emosi amarah pada anak. Kedua yaitu hadir secara penuh yang berfokus pada anak, termasuk dalam pemberian perhatian yang terpusat dan penerimaan terhadap anak. Misalnya pada saat berinterkasi dengan anak, ayah perlu untuk memfokuskan perhatiannya pada anak dan tidak melakukan aktivitas kegiatan yang lain misalnya bermain telepon genggam.
Mindful parenting berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pengasuhan dan memiliki banyak manfaat bagi proses perkembangan anak mulai dari balita hingga remaja. Selain bermanfaat bagi perkembangan anak, menerapkan mindful parenting dalam proses pengasuhan merupakan salah satu metode yang mulai banyak disarankan untuk dapat membangun hubungan yang aman antara orang tua dan anak.
Mindful parenting juga merupakan cara yang memungkinkan dilakukan untuk mengembangkan hubungan keluarga yang lebih terbuka, saling percaya dan membuat gaya pengasuhan yang membangun perkembangan psikososial anak yang sehat.
Semakin seorang ayah mindful dalam pengasuhan, maka ia dapat semakin terlibat dalam mendisiplinkan dan mengajarkan tanggung jawab pada anak. Mindful parenting akan membuat ayah sadar akan tujuan pengasuhan, salah satunya untuk menanamkan kapasitas tingkah laku pada anak agar memaksimalkan nilai-nilai seperti moral, prestis, dan prestasi.
Ayah juga perlu meluangkan waktu dengan anak untuk bercakap-cakap, yaitu dengan cara menjadi teman bagi anak, menghabiskan waktu bersama anak untuk berbincang mengenai kehidupan mereka dan melakukan sesuatu yang mereka sukai, serta mendengarkan pandangan atau pendapat anak.
Apabila seorang ayah semakin mindful, maka ia akan sadar serta memperhatikan kondisi dan masalah yang dihadapi anak, sehingga ayah akan berusaha memahami kondisi anak, dan apa yang anaknya rasakan. Dengan demikian, ayah akan lebih sering menghabiskan waktunya untuk membangun pentingnya hubungan dua arah melalui keakraban dan komunikasi dengan anak agar dapat memahami kondisi anaknya.
Mindful parenting akan memberikan dampak mendalam antara hubungan anak dengan ayah, mengingat ketika ayah memadukan antara pendengaran dan perhatian penuh ketika berbicara pada anak dan benar-benar hadir untuk anak, maka akan muncul kepercayaan diri pada anak.
Maka dari itu sangat penting bagi ayah untuk melakukan manajemen waktu. Melihat kesibukan yang dihadapi oleh ayah maka dibutuhkan pembagian waktu yang jelas dalam mengasuh anak, tidak memandang kuantitas seberapa banyaknya namun kualitas waktu kegiatan yang dilakukan bersama anak.
Selain itu, untuk mendukung keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak, dibutuhkan kebijakan pemerintah terkait dengan pemberian cuti untuk ayah (paternity leave), yang sesungguhnya sudah semakin umum diberikan oleh pemerintah di sejumlah negara di dunia. Cuti ini diberikan oleh perusahaan pada karyawan pria yang pasangannya baru melahirkan.
Meski saat ini sudah ada peraturan pemerintah tentang hal ini, namun upaya untuk memberikan tambahan waktu bagi ayah untuk mendampingi ibu, sekaligus membangun kelekatan (bonding) sejak dini dengan anak, dan lebih terlibat aktif dalam proses tumbuh kembang anak tentunya tetap dilakukan.
Ayah turut memberikan kontribusi penting bagi perkembangan anak, pengalaman yang dialami bersama dengan ayah, akan mempengaruhi seorang anak hingga dewasa nantinya. Walaupun penelitan tentang ayah terus meningkat selama tiga dekade, namun penelitian yang membahas tentang keluarga, lebih banyak difokuskan pada figur ibu (Roggman,dkk,2002). Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran deskriptif mengenai keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak. dan dalam pengumpulan datanya mengunakan kuesioner berupa pertanyaan terbuka yang akan mengungkap pengasuhan ayah dari perspektif ayah itu sendiri. Sebanyak 100 orang laki-laki dewasa dan memiliki anak terlibat dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menggambarkan proses parenting yang melibatkan peran ayah (fathering). Tanggung jawab kebersamaan ayah dan ibu dalam menjalankan peran pengasuhan cukup tinggi, karena 86% responden menyatakan bahwa pengasuhan anak adalah tugas bersama. Temuan mengenai rata-rata waktu yang digunakan ayah dalam berinteraksi dengan anak adalah 6 jam. Secara kuantitas dapat dikatakan bahwa waktu ayah bersama anak cukup memadai untuk melakukan aktifitas bersama dengan anak. Salah satu peran penting ayah di keluarga adalah economic provider, sehingga di hari libur kerja beberapa masih melakukan aktifitas untuk mencari nafkah dengan kerja sampingan.
Pentingnya Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak Sejak DiniAllen & Daly (2007) merangkum berbagai hasil penelitian tentang dampak keterlibatan ayah dalam pengasuhan :
a. Pengaruh pada perkembangan kognitif
Anak menunjukkan fungsi / kemampuan kognitif yang lebih tinggi, mampu memecahkan masalah secara lebih baik dan menunjukkan IQ yang lebih tinggi. Penelitian pada anak usia sekolah, anak mempunyai ketrampilan kuantitatif dan verbal. Anak dengan ayah yang terlibat dalam pengasuhan lebih senang bersekolah, mempunyai sikap yang lebih baik terhadap sekolah, ikut serta dalam aktivitas ekstrakurikuler, lebih banyak yang naik kelas, lebih sering masuk, dan lebih sedikit yang mengalami problem perilaku di sekolah.
b. Pengaruh pada perkembangan emosional
Anak mempunyai kelekatan yang nyaman, lebih dapat menyesuaikan diri ketika menghadapi situasi yang asing, lebih tahan ketika menghadapi situasi yang penuh tekanan, lebih mempunyai rasa ingin tahu untuk mengeksplorasi lingkungan, dapat berhubungan secara lebih dewasa pada orang-orang asing, bereaksi secara lebih kompeten.
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan secara positif berhubungan dengan kepuasan hidup anak, lebih sedikit depresi, lebih sedikit yang mengalami tekanan emosi dan lebih sedikit ekspresi emosional negatif seperti takut dan rasa bersalah. Anak menunjukkan toleransi terhadap stres dan frustrasi, mempunyai ketrampilan memecahkan masalah dan ketrampilan beradaptasi yang baik, lebih dapat menikmati aktivitas bermain, trampil, dan penuh perhatian ketika berhadapan dengan masalah, lebih dapat mengatur emosi dan impuls-impuls secara adaptif. Anak yang ayahnya terlibat dalam pengasuhan lebih banyak menunjukkan pusat kendali internal, menunjukkan kemampuan yang lebih baik untuk mengambil inisiatif, dapat melakukan kontrol diri dan lebih sedikit yang menunjukkan impulsivitas.
c. Pengaruh pada perkembangan sosial
Keterlibatan ayah secara positif berhubungan dengan kompetensi sosial anak, kemasakan dan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, mempunyai hubungan dengan teman sebaya yang positif, menjadi populer dan menyenangkan, mereka termasuk dalam kelompok teman sebaya yang minim agresivitas ataupun konflik, lebih banyak saling membantu, dan mempunyai kualitas pertemanan yang lebih positif.
Anak yang terlibat dengan ayah menunjukkan interaksi yang bersifat prososial, menunjukkan lebih sedikit reaksi emosi negatif ataupun ketegangan selama bermain dengan teman sebaya, dapat memecahkan konflik mereka sendiri, lebih toleran dan mempunyai kemampuan untuk memahami, dapat bersosialisasi dengan baik, dalam jangka panjang menjadi orang dewasa yang sukses, berhasil dalam pernikahan. Anak mempunyai pertemanan yang awet (mampu bertahan lama), dan dapat menyesuaikan diri dengan sekolah, baik secara personal maupun secara sosial.
d. Pengaruh pada penurunan perkembangan anak yang negatif
Keterlibatan ayah melindungi anak dari perilaku delinkuen, dan berhubungan dengan rendahnya penggunaan obat-obatan terlarang di masa remaja, perilaku membolos,
mencuri, minum-minuman keras, dan rendahnya frekuensi externalizing dan
internalizing symptom seperti perilaku merusak, depresi, sedih, dan berbohong.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak memberikan dampak positif pada seluruh aspek perkembangan anak yaitu aspek fisik, kognitif / intelektual, emosi, sosial, dan moral.
Daftar Pustaka
Allen, S & Daly, K. 2007. The Effect of Father Involvement : An Updated Research Summary of the Evidence. Canada : University of Guelph.
Semoga saya bisa menjadi ayah yang baik untuk anak-anak. Bisa mendampingi tumbuh kembang anak-anak dengan optimal..
BalasHapus